Catatan

Apa yang ku lihat?
ini aku, diriku di masa lalu yang menuliskan sebagian ceritanya di selembar catatan,
yang kini usang termakan waktu.
Di atas kertas putih inilah pena ku menari,
seiring mengalirnya pikiranku yang tercurah di sana,
bagai buaian angin yang menyelimuti malam.

Saat itu, ada ketakutan, kengerian, kemarahan yang tertuang di lembaran lusuh itu.
Seperti badai di musim dingin yang memukul-mukul tembok rumahmu,
dan seperti kegelapan yang menelan separuh bumi.
Membuat tubuhmu menggigil dan tanganmu tak lagi mampu merasakan hangatnya tungku perapian.

Ada kalanya sukacita dan kedamaian
seperti hamparan lembah yang membujur dari balik gunung menuju sungai-sungai
yang membawa anak terang menyusuri airnya menuju laut yang tenang.
Dan bagaikan cahaya keemasan dari kebersamaan dua insan di kala senja.

Begitulah catatan itu kutemukan,
membuka kembali kisah seperti fajar membuka dunia.
Kata demi kata ku raba,
masih dapat kurasa detak nafasku memburu di tiap katanya
serta alunan suara yang menjadi temanku.
Ini catatanku, catatan ketika aku mendengar suara dalam sudut jiwa.

Aku ini manusia yang mudah lupa dan dilupakan
tapi catatan ini akan mengingatkan banyak kisah dan perasaan
bahkan makna yang tak bisa diukur seperti kedalaman hati
sama seperti hantu yang diam di sudut malam yang tak bisa kau sentuh

Ini tanggal berapa?
Oh lihat lah sudah berapa waktu lamanya
Ini diriku beberapa tahun yang lalu
yang duduk diterangi cahaya lampu di bilik kamar kecil
dimana suara malam menyatu bersama alunan musik yang mendamaikan jiwa
yang mampu membawaku ke titik dimana aku mulai menulis catatan ini

Mungkin ketika aku memberikan ini kepadamu,
kamu akan mengingat cerita yang pernah kita ukir bersama dengan pahat dan palu 
yang mengikisnya menjadi polesan yang tak ternilai dan menjadi yang paling berharga yang pernah kita ciptakan.
Dan aku akan terus menulis, membuat catatan lain untuk ku baca dan kukenang di masa depan.